Pendahuluan
Pendidikan adalah
suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan terencana
dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku sesuai dengan tujuannya.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, klakecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.
Pendidikan Kebidanan dalam
fungsinya untuk menghasilkan tenaga Bidan Profesional meningkatkan daya saing
bangsa melalui peningkatan soft
skill mempunyai peran yang sangat strategis, karena para lulusannya
dipersiapkan bukan hanya untuk dapat terjun ke dunia kerja tetapi juga
dipersiapkan merubah perilaku masyarakat. Oleh karena itu untuk ikut
meyukseskan tujuan pendidikan nasional mahasiswa kebidanan selain dibekali dengan hard skill kebidanan juga
harus dibekali dengan soft
skill yang memadai. Hal ini disebabkan karena soft skill mutlak
dibutuhkan di dunia kerja, baik ketika bidan bekerja di RS maupun di Komunitas.
Dengan demikian dosen harus memiliki soft
skill yang memadai untuk diajarkan kepada mahasiswa sehingga bisa
menghasilkan lulusan yang memiliki soft
skill yang dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja.
Dampak dari globalisasi pada institusi
pendidikan terlihat dari banyaknya lulusan yang tidak dapat diterima di dunia
kerja. Salah satu penyebab para lulusan tidak dapat diterima di dunia kerja atau
menimbulkan kekecewaaan pada user adalah karena kurangnya penguasaan soft skill para lulusan
tersebut. Fenomena ini sesuai dengan hasil penelitian NACE (National Association of Colleges and
Employers) pada tahun 2005 yang menyebutkan bahwa pada umumnya
pengguna tenaga kerja membutuhkan keahlian kerja berupa 82% soft skills dan 18% hard skills.
Keinginan menciptakan
lulusan terbaik dan dapat diterima di dunia kerja dan dalam masyarakat
merupakan keinginan setiap perguruan tinggi. Lulusan yang baik dan dapat
diterima di dunia kerja akan sangat sulit tercapai mengingat saat ini banyak
perguruan tinggi yang hanya mementingkan hard skill dan kurang memperhatikan soft skill. Padahal soft skill menjadi syarat
mutlak untuk masuk ke dunia kerja dan sangat diperlukan mahasiswa dalam
menghadapi kehidupan di masyarakat. Hal ini bukan berarti hard skill tidak di
butuhkan, tetapi keduanya harus berjalan bersamaan. Dengan soft skill yang baik,
mahasiswa akan terampil dalam berkomunikasi, memimpin, membina hubungan dengan
orang lain dan mengembangkan diri. Sedangkan hard
skill akan sangat dibutuhkan ketika mahasiswa baru memasuki dunia
kerja.
Kecenderungan
pelajaran yang diberikan di institusi pendidikan sebagian besar merupakan
keterampilan teoritik menyebabkan para mahasiswa mementingkan hard skill dalam belajar,
keterampilan tersebut yang sering tidak sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
Hal tersebut berdasarkan kenyataaan seperti yang disampaikan dalam Rakerwil
Pimpinan PTS tahun 2006 (Pikiran Rakyat 3/12/2007) bahwa di dalam sistem
pendidikan saat ini 10% adalah soft
skills sedangkan 90% adalah hard
skills (Santoso 2006). Kurangnya soft
skill pada peserta
didik menyebabkan mereka hanya pandai menghafal pelajaran dan sudah merasa
sukses dengan mempunyai keterampilan. Padahal tuntutan di dunia kerja adalah
apakah teori dan keterampilan tersebut mampu diaplikasikan oleh lulusan
tersebut dengan baik.
APA ITU SOFT SKILLS ?
Soft Skills
didefinisikan sebagai perilaku personal dan interpersonal yang mengembangkan
dan memaksimalkan kinerja humanis à Transferable Skills à
General skills. Sementara Hard
skills adalah penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan
teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya.
Wikipedia (2005) memaparkan sebagai berikut soft skills merupakan
istilah sosiologis yang merujuk pada sekumpulan karakteristik kepribadian, daya
tarik sosial, kemampuan berbahasa, kebiasaan pribadi, kepekaan atau kepedulian,
serta optimisme. Ketrampilan
seseorang dalam berhubungan dengan orang lain) dan ketrampilan dalam mengatur
dirinya sendiri (INTRA-PERSONAL SKILLS) yang mampu mengembangkan unjuk kerja
secara maksimal. Secara
garis besar soft
skill bisa
digolongkan ke dalam dua kategori yaitu intrapersonal dan interpersonal skill. Intrapersonal skill mencakup : self awareness (self confident, self
assessment, trait & preference, emotional awareness) dan self skill
(improvement, self control, trust, worthiness, time/source management,
proactivity, conscience). Interpersonal skill mencakup social awareness (political awareness, developing others,
leveraging diversity, service orientation, empathy dan social skill (leadership,influence,
communication, conflict management, cooperation, team work, synergy).
Soft skill merupakan bagian
keterampilan seseorang yang lebih bersifat pada kehalusan atau sensitifitas
perasaan seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya. Dikarenakan soft skill lebih mengarah
kepada ketrampilan psikologis, maka dampak yang diakibatkan lebih tidak kasat
mata namun tetap bisa dirasakan. Akibat yang bisa dirasakan adalah perilaku
sopan, disiplin, keteguhan hati, kemampuan kerja sama, membantu orang lain dan
lainnya. Menurut Patrick S. O'Brien dalam bukunya Making College Count, soft skill dapat dikategorikan
ke dalam 7 area yang disebut Winning
Characteristics, yaitu, (1) communication
skills, (2) organizational skills, (3) leadership,( 4) logic, (5) effort, (6)
group skills, dan (7) ethics.
Kemampuan nonteknis yang tidak terlihat wujudnya (intangible) namun sangat diperlukan itu
disebut soft skill (Siswo,
2008).
Dalam
wawancara terhadap 50 orang paling sukses di Amerika, termasuk didalamnya: Jack Welch (General Electric), Bill
Gates (Microsoft), Andy Grove (Intel), Lou Gerstner (IBM), Michael Dell (Dell
Computer), Mike Armstrong (AT&T), John Chambers (Cisco System), Frederick
Smith (Federal Express), Steve Case (America Online), Elizabeth Cole (American
Red Cross), Bob Eaton (DaimlerChrysler), Michael Eisner (Walt Disney), Ray
Gilmartin (Merck), Hank Greenberg (AIG), Sandy Weill (Citigroup), Alex Trotman
(Ford Motor Company), Bill Steere (Pfizer), Howard Schultz (Starbucks), Ralph
Larsen (johnson&Johnson), Walter Shipley (Chase Manhattan). Dalam wawancara tersebut antara lain
ditanyakan rahasia sukses para pengusaha tersebut. Jawaban
mereka kemudian di rangkum di dalam bab kesimpulan yang memuat 10 kiat yang
menurut 50 orang tersebut paling menentukan kesuksesan mereka.
Berikut ini adalah 10 kiat sukses 50 orang tersukses
di Amerika tersebut.
Ten Common Traits of the Best
Business Leaders
- Passion
- Intelligence and clarity of
thinking
- Great communication skills
- High energy level
- Egos in check
- 2Inner peace
- Capitalizing early life
experience
- Strong family lifes
- Positive attitude
- Focus on “doing the right
things right”
Mari kita perhatikan, kiat sukses nomor satu ternyata adalah
“passion”, gairah, atau semangat yang membara. Orang bijak menterjemahkan
semangat sebagai burning desire yang diwujudkan dalam bentuk: “bersedia
mencurahkan apapun yang dipunyai untuk apapun yang sedang dikerjakan.”
Karena definisinya demikian, tak mengherankan jika 50 orang sukses tadi
menempatkan “semangat” sebagai modal pertama untuk meraih kesuksesan. Yang
menjadi pertanyaan, apakah semangat itu bisa diajarkan; “semangat” itu
-andaikan bisa diajarkan- akan diajarkan melalui mata pelajaran apa dan
diajarkan oleh siapa dengan cara bagaimana? Kata orang bijak, semangat itu
tidak bisa diajarkan, tetapi bisa ditularkan. Dengan demikian tugas dosen di
perguruan tinggi bukan mengajarkan semangat, melainkan menularkannya. Artinya,
para dosen perlu bersemangat terlebih dahulu supaya dapat menularkan. Apakah
mahasiswa akan bersemangat jika selama 100 menit tatap muka di kelas, dosen
mengajar sambil duduk dengan tayangan berbentuk transparansi yang sudah usang
10 tahun yang lalu ?
Pada era awal tahun 80-an, ada seorang bidan di suatu kota. Ibu-ibu
lebih senang ditangani bidan tersebut saat persalinan. Namun sikapnya kurang
ramah, bahkan cenderung “judes”. Setelah beberapa saat bermunculan bidan
lainnya, yang lebih ramah dan sabar saat menunggui persalinan, maka para pasien
bidan itu mulai mundur teratur. Kita juga sering menghadapi seorang bidan yang
kemampuan untuk menangani persalinan sangat bagus, namun kurang mampu
berkomunikasi, sikap yang arogan dan cenderung kurang berempati terhadap
pasien.
Di masa persaingan
yang ketat saat ini, rasanya sudah tidak dapat ditawar-tawar lagi bahwa hard skills dan soft skills harus seiring
dan sejalan dalam pengembangannya di perguruan tinggi sebagai pencetak
sumberdaya yang tangguh dan unggul. Ibarat mendaki gunung, tugas pendidikan
adalah mengantarkan mahasiswa sampai ke dusun terakhir sebelum memulai
pendakian. Mendaki gunung tentu saja bukan hanya masalah teknik pendakian
tetapi bagaimana supaya pendaki tersebut tetap bertahan bahkan menikmati
pendakian tersebut.
Selain 10 kiat sukses tersebut, para pengusaha di dalam buku
Lesson From the Top juga menambahkan enam prinsip utama (six core
principles) bagi suksesnya orang-orang sukses, yaitu:
¨
live with integrity,
¨
develop a winning strategy,
¨
build a great management team,
¨
inspire employees,
¨
create a flexible organization, and
¨
implement relevant systems.
Sepuluh
kiat sukses dan enam prinsip inti tersebut di atas semakin menegaskan
pentingnya softskills bagi para lulusan perguruan tinggi sebagai calon
pekerja dan pengusaha serta pemimpin masyarakat. Sadar atau tidak, diri kita
seringkali menilai orang lain (terutama yang kita kagumi) dari sikap dan
perilakunya. Artinya apa? Kita pun akan dinilai orang karena sikap dan perilaku
kita. Jadi betapa pentingnya bagi kita untuk selalu memelihara sikap dan
perilaku yang menyenangkan dan diterima baik oleh masyarakat.
Bila sejak awal mahasiswa dibekali
dengan pengetahuan tentang softskills yang cukup dan bahkan sudah
terbiasa mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari maka peluang mereka
untuk menjadi orang sukses di masyarakat akan semakin besar. Perlu banyak
contoh yang mahasiswa lihat di lingkungan kampus. Contoh ini mulai dari
pimpinan, dosen dan para staf penunjang yang menjadi frontliners yang
berhubungan langsung dengan mahasiswa. Jika mahasiswa terbiasa diperlakukan
baik dan terhormat, lambat atau cepat mereka akan menjadi pelayan yang baik di
masyarakat. Inilah yang dimaksud dengan penularan yang paling sederhana.
Sesuatu yang akan kita tularkan
kepada orang lain menghendaki diri kita tertular terlebih dahulu. Layaknya
seseorang yang menularkan penyakit flu, dapat dipastikan dirinya telah tertular
terlebih dahulu, sebelum menular kepada orang lain. Artinya, apabila kita ingin
menerapkan aturan disiplin untuk datang tidak terlambat kepada mahasiswa, maka
seyogyanya dosen harus datang tepat waktu di dalam kelas dan juga tidak terlalu
cepat untuk mengakhiri tatap muka di kelas. Apabila dosen ingin menularkan rasa
tanggungjawab kepada mahasiswa dengan memberi tugas dan tugas tersebut
dikumpulkan dalam waktu dua minggu (misalnya), maka dosen pun harus berupaya
untuk mengembalikan tugas tersebut dengan umpan balik kepada mahasiswa sesuai
dengan waktu yang dijanjikan kepada mahasiswa. Itu hanya beberapa contoh sikap
dan perilaku yang perlu dicermati dan dimiliki dosen terlebih dahulu.
Bukan
berarti tidak mementingkan hard skills dalam dunia kerja atau dunia
bisnis sekalipun. Namun beberapa buku selalu menekankan bahwa di dalam dunia
nyata tersebut soft skills sangat menonjol peranannya dalam membawa
orang mampu bertahan di puncak sukses. Dengan kata lain:
”We HIRE people for their
technical skills,
but then….
We FIRE them for behavioral
faults”
Dosen sebagai salah
satu komponen utama dalam sistem pembelajaran, memiliki peranan yang penting
dalam menentukan arah dan tujuan dari suatu proses pembelajaran. Kemampuan yang
dikembangkan oleh para pendidik seharusnya lebih dari sekedar hard skill yang meliputi
ranah kognitif dan
psikomotorik yang
ditandai dengan penguasaan materi pelajaran dan keterampilan, namun juga ranah
kepribadian (afektif)
peserta didik. Pada ranah ini peserta didik diharapkan akan mempunyai rasa
percaya diri sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya sendiri
(berkepribadian), memiliki kemantapan emosional dan intelektual, mampu
mengendalikan dirinya dengan konsisten dan memiliki rasa empati. Pada saat ini
baik secara sadar maupun tidak para pendidik sebagai salah satu faktor kunci
dunia pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu SDM bangsa masih banyak yang
lebih mementingkan hard
skill para peserta didiknya, hal ini terlihat dalam proses mengajar
yang masih terpusat pada BAGAIMANA
DOSEN MENGAJAR DENGAN BAIK (TEACHER CENTERED LEARNING=TCL)
yang mengutamakan pembelajaran mentransfer pengetahuan. Pada tahap ini KEMAMPUAN MINIMAL PENGUASAAN PENGETAHUAN,
KETRAMPILAN DAN SIKAP SESUAI SASARAN
KURIKULUM PROGRAM STUDINYA merupakan indicator yang diinginkan tapi
harus dirubah dengan paradigma BAGAIMANA
MAHASISWA BISA BELAJAR DENGAN BAIK DAN BERKELANJUTAN (STUDENT CENTERED LEARNING) sehingga memungkinkan mahasiswa KOMPETEN
dan DAPAT MELAKUKAN TINDAKAN CERDAS, PENUH TANGGUNG JAWAB sebagai syarat untuk
dianggap MAMPU OLEH MASYARAKAT DALAM MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS DI BIDANG
PEKERJAAN TERTENTU.
.
Bagaimana pengembangan soft skills?
.Pengembangan soft skill bagi peserta
didik agar mempunyai hasil yang baik tidak dapat dilakukan melalui kegiatan
ekstra kulikuler saja, tetapi juga harus diintegrasikan ke dalam kegiatan
intrakulikuler (di dalam kelas), sehingga nantinya akan terwujud keseimbangan
antara hard skill
dan soft skill.
"Hermana (2007) menyatakan pengembangan soft
skills tidak hanya sekedar memberikan pelatihan atau kursus soft skills, misalnya
kursus kepribadian atau teknik komunikasi saja". Dalam pengintegrasian soft skill ke dalam
kegiatan intrakulikuler, model pembelajaran para guru akan mengalami perubahan
yakni berpusat pada peserta didik (Student
Center Learning), dari proses yang demikian akan timbul paling
tidak proses berinteraksi, dalam pembelajaran seperti ini guru bertindak
sebagai fasilitator dan bukan pemberi ilmu. Prinsip pengembangan soft skills
menuntut Ketersediaan Role Model, Dilakukan
secara terus menerus (Continuous) serta ditanamkan bukan diajarkan
secara instruksional.
Usaha Penyepadanan:
KBK – KEPMENDIKNAS 045/U/2002
|
IBE
UNESCO (1999)
|
Konsep PENGEMBANGAN SOFT SKILLS
|
Landasan kepribadian
|
learning to be
|
ROLE MODEL; HIDDEN
CURRICULUM; ACADEMIC ATMOSPHERE
|
Penguasaan ilmu dan
ketrampilan.
|
learning to know
|
WRITTEN CURRICULUM
|
Kemampuan
berkarya.
|
learning to do
|
CO-CURRICULUM
|
Sikap dan perilaku dalam
berkarya.
|
learning to be
|
CO DAN EXTRA
CURRICULUM
|
Pemahaman kaidah berkehidupan
bermasyarakat.
|
learning to live
together
|
CO DAN EXTRA CURRICULUM
|
Beragam model pembelajaran dengan pendekatan SCL, di antaranya :
·
Small Group Discussion
•
Role-Play & Simulation
•
Case Study
•
Discovery Learning (DL)
•
Self-Directed Learning (SDL)
•
Cooperative Learning (CL)
•
Collaborative Learning (CbL)
•
Contextual Instruction (CI)
•
Project Based Learning (PjBL)
•
Problem Based Learning and Inquiry (PBL)
Langkah menyusun pengembangan soft skills:
1. Identifikasi soft skills
2. Definisi soft skills
3. Program pengembangan:
–
Written curriculum: Rancangan dan Implementasi Pembelajaran
–
Hidden curriculum: Interaksi dosen-mahasiswa; ROLE-MODEL;
ACADEMIC ATMOSPHERE
–
Co – Curriculum: Internsip/magang; PKK, PKL
–
Extra – Curriculum: organisasi mahasiswa (BEM,IKM, HIMA)
4. Evaluasi soft skills: alat penilaian, alat
ukur; indikator dll
PERENCANAAN
Implementasi Soft Skills dalam
INTRAKURIKULER dan KO- KURIKULER
1.
Mulailah
dari GBPP (Garis Besar Program Pembelajaran)
2.
Cek
Kompetensi akhir tiap mata ajaran/TIU/learning goals
·
Apakah
secara tersurat sudah mencantumkan atribut soft
skill yang ingin dicapai
·
Bila
belum tentukan atribut yang dominan or benar-benar diperlukan lulusan terkait
mata ajaran tersebut,
3.
Cek
Kompetensi khusus or TIK
* Bila belum tambahkan atribut yang dominan
* Setiap TIK
tidak harus mengandung atribut soft skills
4.
Tentukan
metode implementasi soft skills yang sesuai
5.
Tentukan
cara dan waktu untuk evaluasi atribut tersebut,
6.
Jabarkan
pada SAP
7.
Nyatakan
dalam Kontrak Perkuliahan
8.
Bagaimana
caranya agar tetap sustain
MATRIKS GBPP (1)
A. IDENTITAS MATA
AJARAN :
•
Nama
Mata Ajaran : Praktikum …………….
•
Semester
: III
•
Kode
Mata Ajaran : BIO413
•
Beban
Studi
: 3 (tiga) sks
•
Deskripsi
Singkat : …………………………
•
Tujuan
Mata Ajaran: Pada akhir pembelajaran, mhs akan
dapat
…………………….. dalam kelompok
•
Atribut
Soft Skills : Disiplin, bekerjasama,
menghargai orang lain
•
Prasyarat : ………….
B. RENCANA PEMBELAJARAN :
atau
MATRIKS GBPP (2)
A.
IDENTITAS
MATA AJARAN :
B.
RENCANA
PEMBELAJARAN :
No.
|
Kompetensi Khusus
|
STRATEGI
PEMBELAJARAN
|
Baca
an
|
|||||
Pokok
Bahasan
|
Sub
PB
|
Metode
|
Media
|
Alokasi
Waktu
|
Atribut
Soft
Skills
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
Mempresentasikan …………..
|
Presentasi
|
Percaya diri
Komunikasi efektif
|
||||||
…………………
Kelompok
|
Kerjasama
Menghargai
Disiplin
|
Catatan:
Soft Skills dalam intra-kurikuler: bukan kegiatan Kognitif yang ber sks
(diajarkan, dilatihkan, dicontohkan dan ditularkan) tapi Diintegrasikan dalam
setiap mata ajaran dan secara eksplisit
dinyatakan dalam Kompetensi
Contoh:
Kompetensi: Mahasiswa mampu mengobservasi kemajuan persalinan menggunakan partograf
dan mempresentasikan hasilnya didepan kelas.
Metode : Mahasiswa bekerja dalam
kelompok
Soft Skills : Kerjasama, menghargai teman,
taat system.
EVALUASI SOFT SKILLS
Cara Penilaian
1.
Rubrik
2.
CHECKLIST
-
Skala Likert
-
Skala Thrustone
-
Skala Guttmann
3. Wawancara
4. Catatan Anekdotal
5. Dll
CURICULLUM VITAE
NAMA : BEBASKITA BR
GINTING, S.Si.T, MPH
Pendidikan :
1. SD Inpres Ajinembah Tanah Karo (1986)
2. SMPN Tigapanah tanah Karo (1989)
3. SPK Kesdam-I/BB Binjai (1992)
4. PPB SPK Sembiring Delitua (1993)
5. D.III Kebidanan Depkes RI Medan (2000)
6. D.IV Bidan Pendidik FK UGM Yogyakarta (2001)
7. S2 IKM MKIA-KR FK UGM Yogyakarta (2009)
Pekerjaan:
1.
Pelaksana Bidan di Desa Sudirejo Kab Deli Serdang
(1993-1997)
2.
Dosen di Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI
Medan (2002-sekarang)
Alamat : Jl. Sei
Bengawan 89, Kel Babura Kec Medan Sunggal, Medan
Email : reborn_life@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar